PERBEDAAN SISTEM CERDAS 3 NEGARA DI ASIA
NAMA : AGUNG HARJA SANTANA
NPM : 10114467
KELAS : 3KA30
SISTEM PELAYANAN KESEHATAN DI INDONESIA
NAMA : AGUNG HARJA SANTANA
NPM : 10114467
KELAS : 3KA30
SISTEM PELAYANAN KESEHATAN DI INDONESIA
Sistem pelayanan kesehatan di indonesia meliputi pelayanan
rujukan yang berupa:
1. Pelayanan kesehatan dasar
Pada umumnya pelayanan dasar dilaksanakan di puskesmas,
Puskesmas pembantu, Puskesmas keliling, dan Pelayanan lainnya di wilayah kerja
puskesmas selain rumah sakit.
2. Pelayanan kesehatan rujukan
Pada umumnya dilaksanakan di rumah sakit. Pelayanan
keperawatan diperlukan, baik dalam pelayanan kesehatan dasar maupun pelayanan
kesehatan rujukan.
Sistem Rujukan (Referal System)
Di negara Indonesia sistem rujukan telah dirumuskan dalam
SK. Menteri Kesehatan RI No.32 tahun 1972, yaitu suatu sistem penyelenggaraan
pelayanan kesehatan yang melaksanakan pelimpahan tanggung jawab timbal balik
terhadap satu kasus penyakit atau masalah kesehatan secara vertikal dalam arti
dari unit yang berkemampuan kurang kepada unit yang lebih mampu atau secara
horizontal dalam arti antara unit-unit yang setingkat kemampuannya. Macam
rujukan yang berlaku di negara Indonesia telah ditentukan atas dua macam dalam
Sistem Kesehatan Nasional, yaitu:
1) Rujukan kesehatan
Rujukan kesehatan pada dasarnya berlaku untuk pelayanan
kesehatan masyarakat (public health services). Rujukan ini dikaitkan
dengan upaya pencegahan penyakit dan peningkatan derajat kesehatan. Macamnya
ada tiga, yaitu: rujukan teknologi, rujukan sarana, dan rujukan operasional.
2) Rujukan medis
Pada dasarnya berlaku untuk pelayanan kedokteran (medical
services). Rujukan ini terutama dikaitkan dengan upaya penyembuhan
penyakit. Macamnya ada tiga, yaitu: rujukan penderita, rujukan pengetahuan,
rujukan bahan-bahan pemeriksaan.
Manfaat sistem rujukan, ditinjau dari unsur pembentuk
pelayanan kesehatan:
1. Dari sudut pemerintah
sebagai penentu kebijakan (policy maker)
o Membantu penghematan dana, karena tidak perlu
menyediakan berbagai macam peralatan kedokteran pada setiap sarana kesehatan.
o Memperjelas sistem pelayanan kesehatan, karena
terdapat hubungan kerja antara berbagai sarana kesehatan yang tersedia.
o Memudahkan pekerjaan administrasi, terutama pada aspek
perencanaan.
2. Dari sudut masyarakat
sebagai pengguna jasa pelayanan (health consumer)
a. Meringankan biaya pengobatan, karena dapat dihindari
pemeriksaan yang sama secara berulang-ulang.
b.Mempermudah masyarakat dalam mendapatkan pelayanan, karena
telah diketahui dengan jelas fungsi dan wewenang setiap sarana pelayanan kesehatan.
3. Dari sudut kalangan
kesehatan sebagai penyelenggara pelayanan keseahatan (health provider)
a.Memperjelas jenjang karier tenaga kesehatan dengan
berbagai akibat positif lainnya seperti semangat kerja, ketekunan, dan
dedikasi.
b.Membantu peningkatan pengetahuan dan ketrampilan, yaitu:
kerja sama yang terjalin.
c.Memudahkan atau meringankan beban tugas, karena setiap
sarana kesehatan mempunyai tugas dan kewajiban tertentu.
Masalah Pelayanan Kesehatan
Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, terjadi
beberapa perubahan dalam pelayanan kesehatan. Disatu pihak memang mendatangkan
banyak keuntungan, yaitu meningkatnya mutu pelayanan yang dapat dilihat dari
indikator menurunnya angka kesakitan, kecacatan, kematian serta meningkatnya
usia harapan hidup rata-rata. Namun dipihak lain, perubahan tersebut juga
mendatangkan banyak permasalahan diantaranya:
1. Fragmented health
services (terkotak-kotaknya pelayanan kesehatan).
Timbulnya perkotakan dalam pelayanan kesehatan erat
hubungannya dengan munculnya spesialis dan subspesialis dalam pelayanan
kesehatan. Dampak negatif yang ditimbulkan adalah menyulitkan masyarakat untuk
memperoleh pelayanan kesehatan yang apabila berkelanjutan, pada gilirannya akan
menyebabkan tidak terpenuhinya kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan
kesehatan.
2. Berubahnya sifat pelayanan
kesehatan
Muncul akibat pelayanan kesehatan yang terkotak-kotak, yang
pengaruhnya terutama ditemukan pada hubungan dokter dengan klien. Sebagai
akibatnya, munculnya spesialis dan subspesialis menyebabkan perhatian
penyelenggara pelayanan kesehatan tidak dapat lagi diberikan secara menyeluruh.
Perhatian tersebut hanya tertuju pada keluhan ataupun organ tubuh yang sakit
saja.
Perubahan sifat pelayanan kesehatan makin bertambah nyata,
tatkala diketahui pada saat ini telah banyak dipergunakan berbagai alat
kedokteran yang canggih, ketergantungan yang kemudian muncul terhadap berbagai
peralatan tersebut, sehingga menimbulkan berbagai dampak negatif yang
merugikan, diantaranya:
1. Makin regangnya hubungan
antara petugas kesehatan (tenaga medis, paramedis, dan klien) telah terjadi
tabir pemisah antara dokter juga perawat dengan klien akibat dari berbagai
peralatan kedokteran yang dipergunakan.
2. Makin mahalnya biaya
kesehatan. Kondisi seperti ini tentu mudah diperkirakan akan menyulitkan
masyarakat dalam menjangkau pelayanan kesehatan.
Stratifikasi Pelayanan Kesehatan
Pada dasarnya, ada tiga macam srata pelayanan kesehatan di
semua negara, yaitu:
1. Primary health
services (pelayanan kesehatan tingkat pertama)
Merupakan pelayanan kesehatan yang bersifat pokok atau basic
health services, yang sangat dibutuhkan oleh sebagian besar masyarakat
serta mempunyai nilai strategis untuk meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat. Umumnya bersifat rawat jalan (ambulatory/out patient services).
2. Secondary health
services (pelayanan kesehatan tingkat kedua)
Pelayanan kesehatan lebih lanjut, bersifat rawat inap (in
patient services), dan untuk menyelenggarakannya telah dibutuhkan
tersedianya tenaga-tenaga spesialis.
3. Tertiary health
services (pelayanan kesehatan tingkat ketiga)
Pelayanan kesehatan yang bersifat lebih kompleks dan umumnya
diselenggarakan oleh tenaga-tenaga subspesialis.
SISTEM PEMBIAYAAN KESEHATAN DI INDONESIA
Ø Sistem pembiayaan kesehatan Indonesia secara umum
terbagi dalam 2 sistem yaitu:
1. Fee for Service ( Out of Pocket )
Sistem ini secara singkat diartikan sebagai sistem
pembayaran berdasarkan layanan, dimana pencari layanan kesehatan berobat lalu
membayar kepada pemberi pelayanan kesehatan (PPK). PPK (dokter atau rumah
sakit) mendapatkan pendapatan berdasarkan atas pelayanan yang diberikan,
semakin banyak yang dilayani, semakin banyak pula pendapatan yang diterima.
Sebagian besar masyarakat Indonesia saat ini masih
bergantung pada sistem pembiayaan kesehatan secara Fee for Service ini.
Dari laporan World Health Organization di tahun 2006 sebagian besar (70%)
masyarakat Indonesia masih bergantung pada sistem, Fee for Service dan
hanya 8,4% yang dapat mengikuti sistem Health Insurance (WHO,
2009). Kelemahan sistem Fee for Service adalah terbukanya
peluang bagi pihak pemberi pelayanan kesehatan (PPK) untuk memanfaatkan
hubungan Agency Relationship , dimana PPK mendapat imbalan
berupa uang jasa medik untuk pelayanan yang diberikannya kepada pasien yang
besar-kecilnya ditentukan dari negosiasi. Semakin banyak jumlah pasien yang ditangani,
semakin besar pula imbalan yang akan didapat dari jasa medik yang ditagihkan ke
pasien. Dengan demikian, secara tidak langsung PPK didorong untuk meningkatkan
volume pelayanannya pada pasien untuk mendapatkan imbalan jasa yang lebih
banyak.
2. Health Insurance
Sistem ini diartikan sebagai sistem pembayaran yang
dilakukan oleh pihak ketiga atau pihak asuransi setelah pencari layanan
kesehatan berobat. Sistem health insurance ini dapat berupa system kapitasi dan
system Diagnose Related Group (DRG system).
Sistem kapitasi merupakan metode pembayaran untuk jasa
pelayanan kesehatan dimana PPK menerima sejumlah tetap penghasilan per peserta
untuk pelayanan yang telah ditentukkan per periode waktu. Pembayaran bagi PPK
dengan system kapitasi adalah pembayaran yang dilakukan oleh suatu lembaga
kepada PPK atas jasa pelayanan kesehatan dengan pembayaran di muka sejumlah
dana sebesar perkalian anggota dengan satuan biaya (unit cost) tertentu. Salah
satu lembaga di Indonesia adalah Badan Penyelenggara JPKM (Jaminan Pemeliharaan
Kesehatan Masyarakat). Masyarakat yang telah menjadi peserta akan membayar
iuran dimuka untuk memperoleh pelayanan kesehatan paripurna dan berjenjang
dengan pelayanan tingkat pertama sebagai ujung tombak yang memenuhi kebutuhan
utama kesehatan dengan mutu terjaga dan biaya terjangkau.
Sistem kedua yaitu DRG (Diagnose Related Group) tidak
berbeda jauh dengan system kapitasi di atas. Pada system ini, pembayaran
dilakukan dengan melihat diagnosis penyakit yang dialami pasien. PPK telah
mendapat dana dalam penanganan pasien dengan diagnosis tertentu dengan jumlah
dana yang berbeda pula tiap diagnosis penyakit. Jumlah dana yang diberikan ini,
jika dapat dioptimalkan penggunaannya demi kesehatan pasien, sisa dana akan
menjadi pemasukan bagi PPK.
Kelemahan dari system Health Insurance adalah dapat
terjadinya underutilization dimana dapat terjadi penurunan
kualitas dan fasilitas yang diberikan kepada pasien untuk memperoleh keuntungan
sebesar-besarnya. Selain itu, jika peserta tidak banyak bergabung dalam system
ini, maka resiko kerugian tidak dapat terhindarkan. Namun dibalik kelemahan,
terdapat kelebihan system ini berupa PPK mendapat jaminan adanya pasien (captive
market), mendapat kepastian dana di tiap awal periode waktu tertentu, PPK
taat prosedur sehingga mengurangi terjadinya multidrug dan multidiagnose. Dan
system ini akan membuat PPK lebih kea rah preventif dan promotif kesehatan.
Ikatan Dokter Indonesia (IDI) menilai, pembiayaan kesehatan
dengan sistem kapitasi dinilai lebih efektif dan efisien menurunkan angka
kesakitan dibandingkan sistem pembayaran berdasarkan layanan (Fee for
Service) yang selama ini berlaku. Namun, mengapa hal ini belum dapat
dilakukan sepenuhnya oleh Indonesia? Tentu saja masih ada hambatan dan
tantangan, salah satunya adalah sistem kapitasi yang belum dapat memberikan
asuransi kesehatan bagi seluruh rakyat tanpa terkecuali seperti yang disebutkan
dalam UU No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN).
Sampai saat ini, perusahaan asuransi masih banyak memilah peserta asuransi
dimana peserta dengan resiko penyakit tinggi dan atau kemampuan bayar rendah
tidaklah menjadi target anggota asuransi.
Untuk mencapai terjadinya pemerataan, dapat dilakukan
universal coverage yang bersifat wajib dimana penduduk yang mempunyai resiko
kesehatan rendah akan membantu mereka yang beresiko tinggi dan penduduk yang
mempunyai kemampuan membayar lebih akan membantu mereka yang lemah dalam
pembayaran. Hal inilah yang masih menjadi pekerjaan rumah bagi sistem kesehatan
Indonesia.
Memang harus kita akui, bahwa tidak ada sistem kesehatan
terutama dalam pembiayaan
pelayanan kesehatan yang sempurna, setiap sistem yang ada
pasti memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Namun sistem
pembayaran pelayanan kesehatan ini harus bergerak dengan pengawasan dan aturan
dalam suatu sistem kesehatan yang komprehensif, yang dapat mengurangi dampak
buruk bagi pemberi dan pencari pelayanan kesehatan sehingga dapat terwujud
sistem yang lebih efektif dan efisien bagi pelayanan kesehatan di Indonesia.
Ø Pembiayaan kesehatan dengan Jaminan Kesehatan Nasional harus Diperkuat dengan Dukungan
Primary Health Care yang Sedekat Mungkin dengan Pasien
untuk pelayanan
kesehatan di rumah sakit harus dilakukan penyesuaian sistem
pelayanan kesehatan dari konvensional menjadi managed care suatu sistem
penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang :
1. komprehensif dan menyeimbangkan antara kualitas pelayanan dengan pembiayaan
kesehatan,
2. meliputi upaya promotif dan preventif, kuratif dan rehabilitatif, serta
3. menerapkan manajemen pengendalian utilisasi dan biaya serta program jaga
mutu pelayanan kesehatan
Dengan demikian,
pelayanan dan pembiayaan akan terintegrasi. Akan terjadi pula peralihan dari
sistem fee for service menjadi kapitasi untuk jenjang pelayanan primer dan
paket INA CBGs untuk jenjang pelayanan sekunder dan tersier. Hal ini akan
menuntut institusi penyedia pelayanan kesehatan lebih efektif dan efisien
dalam melakukan pelayanannya. Kendali mutu dan kendali biaya yang
seimbang akan memacu rumah sakit untuk memberikan pelayanan yang bermutu dengan
biaya yang terjangkau.
SISTEM PELAYANA KESEHATAN DI TAIWAN
Taiwan memiliki
luas wilayah 36.193 km2 dengan jumlah penduduk 23.224.912 orang dengan angka
harapan hidup yang cukup tinggi yaitu 79,16 tahun. Untuk SDM penyedia pelayanan
kesehatan seperti tenaga medis (dokter) berjumlah 17,21 per 10.000 penduduk,
perawat sebanyak 49,21 per 10.000 penduduk. Sedangkan jumlah Rumah sakit di
Taiwan sebanyak 507 unit dengan 74.082 tempat tidur. Pada tingkat pelayanan
kesehatan dibagi menjadi RS Pusat dengan pelayanan kesehatan tersier, RS
Wilayah dengan pelayanan kesehatan sekunder; RS Distrik dan Klinik sebagai
pelayanan kesehatan primer.
Taiwan Joint Commission of Hospital Accreditation (TJCHA) dibentuk pada tahun 1999. TJCHA merupakan lembaga independen, non for profit namun penunjukkan kepala TJCHA ditunjuk oleh kementrian kesehatan Taiwan. Dulunya, TJCHA mendapat tugas untuk membangun dan mereformasi sistem akreditasi rumah sakit, memperkenalkan sistem mutu indikator internasional, menjaga indikator kualitas, mempromosikan tujuan nasional tentang keselamatan pasien, membuat sistem pelaporan keselamatan pasien di Taiwan, mempromosikan pendidikan kesehatan profesional dan meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat, yang semuanya telah memberikan kontribusi positif terhadap kualitas kesehatan di Taiwan. Namun saat ini, TJCHA berfokus pada peningkatan kualitas pelayanan kesehatan bagi pasien, organisasi kesehatan, dan masyarakat di Taiwan.
Untuk akreditasi rumah sakit di Taiwan bersifat "voluntary". Namun demikian semua Rumah Sakit "wajib" melaksanakan akreditasi karena hasil akreditasi tersebut akan menjadi dasar untuk menentukan kategori rumah sakit. Kategori tersebut adalah medical center hospital, regional hospital, atau district hospital. Kategori ini akan berdampak bagi National Health Insurance (NHI) dalam menentukan besaran global budget yang akan diberikan pada RS dan juga akan menentukan besaran co-payment pasien yang datang. Selain itu untuk kebijakan obat, Taiwan tidak memberlakukan formularium. Sehingga terlihat bahwa NHI mempunyai kekuasaan yang besar. Bagi rumah sakit yang tidak lulus akreditasi akan diberi kesempatan untuk melakukan visitasi ulang pada 3-6 bulan setelah hasil akreditasi didistribusikan. Rumah Sakit yang tidak lulus akreditasi di levelnya dapat turun kategori. Dan jika tidak lulus semua tidak dapat pembiayaan dari NHI, meskipun rumah sakit tersebut dapat tetap beroperasi.
Taiwan Joint Commission of Hospital Accreditation (TJCHA) dibentuk pada tahun 1999. TJCHA merupakan lembaga independen, non for profit namun penunjukkan kepala TJCHA ditunjuk oleh kementrian kesehatan Taiwan. Dulunya, TJCHA mendapat tugas untuk membangun dan mereformasi sistem akreditasi rumah sakit, memperkenalkan sistem mutu indikator internasional, menjaga indikator kualitas, mempromosikan tujuan nasional tentang keselamatan pasien, membuat sistem pelaporan keselamatan pasien di Taiwan, mempromosikan pendidikan kesehatan profesional dan meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat, yang semuanya telah memberikan kontribusi positif terhadap kualitas kesehatan di Taiwan. Namun saat ini, TJCHA berfokus pada peningkatan kualitas pelayanan kesehatan bagi pasien, organisasi kesehatan, dan masyarakat di Taiwan.
Untuk akreditasi rumah sakit di Taiwan bersifat "voluntary". Namun demikian semua Rumah Sakit "wajib" melaksanakan akreditasi karena hasil akreditasi tersebut akan menjadi dasar untuk menentukan kategori rumah sakit. Kategori tersebut adalah medical center hospital, regional hospital, atau district hospital. Kategori ini akan berdampak bagi National Health Insurance (NHI) dalam menentukan besaran global budget yang akan diberikan pada RS dan juga akan menentukan besaran co-payment pasien yang datang. Selain itu untuk kebijakan obat, Taiwan tidak memberlakukan formularium. Sehingga terlihat bahwa NHI mempunyai kekuasaan yang besar. Bagi rumah sakit yang tidak lulus akreditasi akan diberi kesempatan untuk melakukan visitasi ulang pada 3-6 bulan setelah hasil akreditasi didistribusikan. Rumah Sakit yang tidak lulus akreditasi di levelnya dapat turun kategori. Dan jika tidak lulus semua tidak dapat pembiayaan dari NHI, meskipun rumah sakit tersebut dapat tetap beroperasi.
E. SISTEM
PEMBIAYAAN KESEHATAN DI TAIWAN
Kesehatan di Taiwan diadministrasikan
oleh Departemen Kesehatan Eksekutif Yuan. Seperti negara-negara
maju lainnya, orang Taiwan yang bergizi baik tapi
wajah masalah kesehatan seperti obesitas kronis dan penyakit
jantung. Pada tahun 2002 Taiwan memilikihampir 1,6 dokter
dan 5,9 tempat tidur rumah sakit per 1.000 penduduk.Pada tahun 2002, adatotal 36 rumah
sakit dan klinik 2.601 di negeri ini. Pengeluaran kesehatan
per kapita sebesarUS $ 752 di 2000.
[1] pengeluaran kesehatan merupakan 5,8 persen dari produk domestik bruto (PDB) pada tahun 2001 (atau US $ 951 di 2009
[2])64,9 persen dari pengeluaran berasal dari dana publik harapan hidup secara keseluruhanpada tahun 2009 adalah 78 tahun. Masalah kesehatan utama terbaru termasuk krisis SARS pada tahun 2003, meskipun pulau itu kemudian dinyatakan aman oleh Organisasi KesehatanDunia (WHO).
Sistem perawatan kesehatan saat ini di Taiwan, yang dikenal sebagai Asuransi Kesehatan Nasional dilembagakan pada tahun 1995. NHI adalah rencana asuransi sosial tunggal-pembayar wajib yang memusatkan pencairan dana perawatan kesehatan. Sistem inimenjanjikan akses yang sama ke perawatan kesehatan bagi semua warga negara, dan cakupan populasi mencapai 99% pada akhir 2004. [4] NHI terutama dibiayai melalui premi, yang didasarkan pada pajak gaji, dan dilengkapi dengan keluar-pembayaran-saku dan dana pemerintah langsung. Pada tahap awal, fee-for-service didominasi bagi penyedia baik negeri maupun swasta. Kebanyakan penyedia layanan kesehatan beroperasi di sektor swasta dan membentuk pasar yang kompetitif di sisi pelayanan kesehatan. Namun, banyak penyedia layanan kesehatan mengambil keuntungan dari sistem dengan menawarkan layanan yang tidak perlu ke sejumlah besar pasien dan kemudian penagihan pemerintah. Dalam menghadapimeningkatnya kehilangan dan kebutuhan untuk pengendalian biaya, NHI mengubah sistempembayaran dari fee-for-layanan untuk anggaran global, semacam calon sistem pembayaran,pada tahun 2002.
[1] pengeluaran kesehatan merupakan 5,8 persen dari produk domestik bruto (PDB) pada tahun 2001 (atau US $ 951 di 2009
[2])64,9 persen dari pengeluaran berasal dari dana publik harapan hidup secara keseluruhanpada tahun 2009 adalah 78 tahun. Masalah kesehatan utama terbaru termasuk krisis SARS pada tahun 2003, meskipun pulau itu kemudian dinyatakan aman oleh Organisasi KesehatanDunia (WHO).
Sistem perawatan kesehatan saat ini di Taiwan, yang dikenal sebagai Asuransi Kesehatan Nasional dilembagakan pada tahun 1995. NHI adalah rencana asuransi sosial tunggal-pembayar wajib yang memusatkan pencairan dana perawatan kesehatan. Sistem inimenjanjikan akses yang sama ke perawatan kesehatan bagi semua warga negara, dan cakupan populasi mencapai 99% pada akhir 2004. [4] NHI terutama dibiayai melalui premi, yang didasarkan pada pajak gaji, dan dilengkapi dengan keluar-pembayaran-saku dan dana pemerintah langsung. Pada tahap awal, fee-for-service didominasi bagi penyedia baik negeri maupun swasta. Kebanyakan penyedia layanan kesehatan beroperasi di sektor swasta dan membentuk pasar yang kompetitif di sisi pelayanan kesehatan. Namun, banyak penyedia layanan kesehatan mengambil keuntungan dari sistem dengan menawarkan layanan yang tidak perlu ke sejumlah besar pasien dan kemudian penagihan pemerintah. Dalam menghadapimeningkatnya kehilangan dan kebutuhan untuk pengendalian biaya, NHI mengubah sistempembayaran dari fee-for-layanan untuk anggaran global, semacam calon sistem pembayaran,pada tahun 2002.
The National Health
Insurance (NHI) adalah tulang
punggung sistem kesehatan Taiwan. Hal ini diperlukan untuk memahami sistem ini
sebelum melihat lebih jauh ke dalam isu-isu lain dalam perawatan medis Taiwan.
Namun, setiap diskusi tentang topik kompleks seperti NHI harus didahului dengan
hati-hati. Pada bagian ini, kita akan mencoba untuk mengungkapkan kelemahan
dalam sistem NHI yang kita amati atau menerima keluhan tentang. Dan mungkin
melalui upaya kami, banyak lembaga akademis dan pemerintah akan datang ke depan
untuk melakukan penelitian lebih lanjut atau reformasi pada isu-isu tersebut.
Intinya Jaminan
kesehatan penduduk di Taiwan diatur dengan sistem asuransi single-insurer.
Semua warga mendapatkan jaminan kesehatan dari pemerintah, tentunya dengan membayar
premi tertentu. Sampai tahun ini, NHI sudah mencakup hingga lebih dari 99%
jumlah penduduk, dan tidak hanya warga negara, pendatang yang memiliki ijin
tinggal (residence permit) dilindungi dengan asuransi.
Perhitungan premi didasarkan pada kategori mereka yang mendaftar untuk NHI, ada 6 kategori berbeda untuk membuat perhitungan pembayaran premi tidak membebani mereka yang memang penghasilannya rendah. Perusahaan diatur untuk ikut membayar premi karyawannya, mahasiswa asing membayar premi flat, mereka yang kurang mampu atau pensiunan mendapatkan free pass, preminya disubsidi oleh pemerintah. Ada perhitungan tertentu mengenai berapa persen yang dibayar oleh pemegang asuransi (insured), perusahaan/institusi yang mengajukan asuransi untuk karyawan, dan pemerintah.
Perhitungan premi didasarkan pada kategori mereka yang mendaftar untuk NHI, ada 6 kategori berbeda untuk membuat perhitungan pembayaran premi tidak membebani mereka yang memang penghasilannya rendah. Perusahaan diatur untuk ikut membayar premi karyawannya, mahasiswa asing membayar premi flat, mereka yang kurang mampu atau pensiunan mendapatkan free pass, preminya disubsidi oleh pemerintah. Ada perhitungan tertentu mengenai berapa persen yang dibayar oleh pemegang asuransi (insured), perusahaan/institusi yang mengajukan asuransi untuk karyawan, dan pemerintah.
SISTEM PELAYANAN
KESEHATAN DI MALAYSIA
Malaysia adalah negara
berpenduduk terbanyak ke-43 dan negara
dengan daratan terluas ke-66 di
dunia, dengan jumlah penduduk kira-kira 27 juta dan luas wilayah melebihi
320.000 km2. Jumlah penduduk sedemikian cukup sebanding dengan
jumlah penduduk Arab Saudi dan Venezuela, dan
luas wilayah sedemikian sebanding dengan luas wilayah Norwegia dan Vietnam, atau New Mexico, sebuah
negara bagian di Amerika Serikat.
Malaysia terdiri atas dua kawasan
utama yang terpisah oleh Laut Cina Selatan. Keduanya memiliki bentuk muka bumi yang hampir sama,
yaitu dari pinggir laut yang landai hingga hutan lebat dan bukit tinggi. Puncak
tertinggi di Malaysia (dan juga di Kalimantan) yaitu Gunung Kinabalu setinggi
4.095,2 meter diSabah. Iklim lokal adalah khatulistiwa dan dicirikan oleh angin muson barat daya (April hingga Oktober) dan timur laut
(Oktober hingga Februari).
Tanjung Piai,
terletak di selatan negara bagian Johor, adalah
tanjung paling selatan benua Asia. Selat Malaka,
terletak di antara Sumatera dan
Semenanjung Malaysia, jalur pelayaran terpenting di dunia.
Kuala Lumpur adalah
ibukota resmi dan kota terbesar di Malaysia. Putrajaya di
pihak lain, dipandang sebagai ibukota administratif pemerintahan persekutuan
Malaysia. Meskipun banyak cabang eksekutif dan judikatif pemerintahan
persekutuan telah pindah ke sana (untuk menghindari kemacetan yang tumbuh di
Kuala Lumpur), tetapi Kuala Lumpur masih dipandang sebagai ibukota legislatif
Malaysia karena di sanalah beradanya kompleks gedung Parlemen Malaysia. Kuala Lumpur juga merupakan pusat perdagangan dan keuangan Malaysia.
Kota utama lain termasuk Ipoh, George Town, Johor Bahru, Kuching, Kota Kinabalu, Miri, Alor Star, Kota Melaka,
dan Petaling Jaya.
Sistem pembiayaan kesehatan di Negara Malaysia berkembang
lebih awal dan lebih maju dibandingkan dengan negara Indonesia karena negara
Malaysia merupakan negara persemakmuran Inggris. Dimulai pada tahun 1951 dengan
mewajibkan pegawai untuk memulai tabungan wajib pegawai yang digunakan sebagai
tabungan hari tua. Warga yang tidak diwajibkan untuk mengikuti tabungan wajib
hari tua difasilitasi oleh lembaga EPF (Employee Provident Fund). Selain itu
negara juga menjamin warga yang mendapat kecelakaan kerja atau pensiunan cacat
dengan difasilitasi oleh lembaga SOSCO (Social Security Organitation).
Sistem pembiyaan kesehatan di Malaysia terbagi menjadi dua
yaitu kesehatan publik dan kesehatan privat. Untuk kesehatan publik sumber dana
berasal dari beberapa sumber yaitu pajak masyarakat yang dibayarkan langsung
kepada pemerintah federal, anggaran pendapatan negara tahunan, dan dari lembaga
SOSCO dan EPF. Dana ini kemudian dialokasikan untuk program preventif dan
promotif seperti kesehatan lingkungan, izin fasilitas kesehatan, Inspeksi
Bangunan, kontrol terhadap vektor kebersihan, kontrol terhadap kualitas
makanan, kontrol terhadap penyakit menular, kontrol terhadap kebersihan air,
dan perencanaan pelayanan kesehatan. Sedangkan untuk program kuratif dan
rehabilitatif, Pemerintah Malaysia menetapkan Universal Coverage yaitu semua
warga dijamin atas pelayanan kesehatan yang diterima dengan hanya iur bayar 1
RM (Ringit Malaysia) untuk berobat pada dokter umum serta 5 RM untuk berobat
pada dokter spesialis. Namun beberapa penyakit berat dengan harga pengobatan
yang mahal tidak tercakup dalam sistem pembiayaan kesehatan ini. Selain untuk
program preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif, Dana kesehatan juga
digunakan untuk pembiayaan pendidikan calon tenaga kesehatan seperti dokter,
perawat, bidan, apoteker dan lain sebagainya.
Biaya pengobatan yang di keluarkan warga untuk berobat
relatif murah (1 RM – 5 RM) maka antrian pengobatan di rumah sakit pemerintah
tergolong panjang (untuk penyakit kritis akan didahulukan) sehingga bagi warga
yang tidak sabar untuk mendapatkan layanan pengobatan akan memilih berobat di
sektor swasta dengan uang sendiri (out of pocket). Atau mereka mengikuti
asuransi kesehatan yang disediakan lembaga swasta dengan penyakit tertentu yang
tidak tercover oleh pembiayaan kesehatan dari pemerintah.
Biaya operasional kesehatan di negara Malaysia tergolong
murah karena pemerintah membebaskan pajak untuk alat kesehatan dan obat-obatan.
Dokter dibatasi hanya boleh berpraktik di satu tempat yaitu pelayanan kesehatan
milik pemerintah atau memilih bekerja di satu tempat pelayanan kesehatan milik
swasta. Gaji dokter juga sangat tinggi sehingga mutu kesehatan di negara
Malaysia terjamin kualitasnya.
Rumah sakit milik pemerintah melakukan klaim pembiayaan
kesehatan dengan melihat besarnya pengeluaran untuk kesehatan di tahun
sebelumnya kemudian mengajukan anggaran pembiyaan kepada Kementrian Kesehatan /
MoH ( Ministry of Health )
Kelebihan Model Pembiayaan Malaysia
1. Masyarakat iur bayar dengan harga yang sangat murah yaitu
1 RM – 5 RM
2. Walaupun Tenaga kesehatan (dokter) hanya boleh berpraktik di satu tempat tetapi terjamin kesejahteraannya yaitu dengan gaji yang cukup tinggi
2. Walaupun Tenaga kesehatan (dokter) hanya boleh berpraktik di satu tempat tetapi terjamin kesejahteraannya yaitu dengan gaji yang cukup tinggi
3. Biaya operasional kesehatan tergolong murah karena alat
kesehatan dan obat-obatan dibebaskan dari pajak
4. Anggaran kesehatan dialokasikan juga untuk pembiyaan
pendidikan tenaga kesehatan
5. Pelayanan kesehatan milik pemerintah terstandarisasi
5. Pelayanan kesehatan milik pemerintah terstandarisasi
6. Akses pelayanan kesehatan mudah. Setiap penduduk tinggal
maksimal 5 km dari layanan kesehatan (Rumah sakit atau klinik pemerintah)
7. Pajak langsung dibayarkan ke pemerintah federal sehingga
tidak ada dana yang terhambat di daerah
8. Mencangkup lebih banyak orang sampai 100% (universal coverage)
8. Mencangkup lebih banyak orang sampai 100% (universal coverage)
9. Sumber pendanaan berasal dari banyak sektor ( pajak,
APBN, EPF, SOSCO, dll)
10. Lebih mudah dikelola
10. Lebih mudah dikelola
Kekurangan Model Pembiayaan Malaysia
1. Dengan iur bayar yang murah dan layanan kesehatan yang
terstandar, antrian warga berobat panjang. Rumah sakit dan klinik pemerintah
padat oleh pengunjung dengan jumlah tenaga kesehatan dan fasilitas kesehatan
yang terbatas
2. Pembayaran untuk biaya operasional rumah sakit atau
klinik pemerintah dengan cara melihat pengeluaran tahun sebelumnya sehingga
kemungkinan rumah sakit bisa mengalami kerugian apabila terjadi pembengkakan
biaya untuk tahun selanjutnya.
3. Bersifat kurang stabil atau kurang memadai karena
anggaran secara tahunan harus bersaing dengan dinas lain / bagian lain
4. Tidak efisien karena cenderung menguntungkan yang kaya
dibanding dengan masyarakat miskin apabila tidak ada kondisi yang mendukung
misalnya pertumbuhan ekonomi yang baik, administrasi pajak yang profesional dan
institusi yang kompeten
5. Rentan terhadap “moral hazard” karena masyarakat akan
tergantung dengan pelayanan kesehatan yang gratis sehingga keinginan menjaga
kesehatan menjadi rendah
Indikator Dukungan Pemerintah terhadap Pelayanan Kesehatan
Indikator Dukungan Pemerintah terhadap Pelayanan Kesehatan
Jumlah penduduk di Malaysia 27 juta jiwa dengan luas nega r
329.000 Km2, pendapatan per kapita US 8,141 (PPP 14,072)- 2008 masuk dalam
kategori pendapanat mengah atas. Jumlah penduduk daerah perkotaan sebesar 56%
dari jumlah penduduk di negar tersebut. Angka melek huruf 92%, jumlah usia tua
lebih dari 65 tahun sebesar 4,5% dan akses terhadap air bersih sebesar 95%.
Angka kematian bayi pada tahun 2008 sebesar 6/1.000 kelahiran hidup. Angka
kematian ibu 30/10.000 kelahiran hidup sedangkan angka harapan hidup bagi
laki-laki usia 72 tahun dan wanita di usia 76 tahun dan angka kematian kasar
sebesar 4,5.
Definisi masalah di sini adalah masalah hasil (Outcome)
yaitu tingkat kepuasan warga negara. Masalah yang diidentifikasi masalah
kinerja pelayanan kesehatan terhadap kepuasaan warga negara dimana penyebabnya
ada tiga yaitu; adanya permintaan meningkatkan permintaan untuk pelayanan
kesehatan yang berbeda, pemerintah tidak mampu menyediakan seluruh pelayanan
kesehatan dan akses (waktu tunggu lama, waktu bertemu dengan pasien terbatas).
Fokus akar masalah yang dipilih dari pemerintah tidak mampu
menyediakan seluruh pelayanan kesehatan dan akses adalah perilaku tidak sehat
yang disebabkan oleh gaya hidup yang menetap, pemilihan makanan kesehatan
yang mahal dan kurangnya insentif promosi kesehatan. Dari masalah ini kemudian
diusulkan reformasi kesehatan melalui 4 (empat) tombol yaitu pembiayaan,
pembayaran, regulasi, organisasi dan perilaku.
Masalah yang diidentifikasi adalah pemerintah tidak mampu
menyediakan seluruh pelayanan kesehatan. Dari segi pembiayaan maka usulannya
adalah asuransi kesehatan sosial, asuransi masyarakat dan pembayaran sebagian.
Dari segi pembayaran tidak ada anailisis. Dari segi regulasi adalah kegiatan
baru asuransi, regulasi kesehatan yang baik, pedoman dan kesiapan kebijakan.
dari segi organisasi dengan membentuk hubungan adminsistrasi organisasi dengan
model baru, membentu sisten pengarahan, kesiapan struktur organisasi dan
pengaturan kesehatan. Dari segi perilaku yang dusulkan adalah pembagian
tanggungjawab dan pendidikan kepada masyarakat.
Terdapat sekitar 35 rumah sakit swasta yang diakui dan
dijadikan sebagai sarana promosi wisata kesehatan oleh pemerintah Malaysia,
dimana mereka sudah memiliki sertifikat berstandar internasional seperti MS
9002 atau memiliki akreditasi oleh Malaysian Society for Quality in Health,
sebuah organisasi non-profit dari pemerintah Malaysia yang menetapkan standar
resmi kualitas dan keamanan pelayanan kesehatan.
Di antara daftar-daftar rumah sakit Malaysia yang sering
dikunjungi pasien dari Indonesia sebagaimana dikutip dari majalah urban style
edisi 14 Januari 2011, antara lain
KUALA
LUMPUR:
Ampang Puteri Specialist Hospital
Gleneagles Intan Medical Centre
Pantai Hospital Kuala Lumpur
Prince Court Medical Centre
Sime Darby Medical Centre
National Heart Institute
Ampang Puteri Specialist Hospital
Gleneagles Intan Medical Centre
Pantai Hospital Kuala Lumpur
Prince Court Medical Centre
Sime Darby Medical Centre
National Heart Institute
MELAKA:
Mahkota Medical Centre
Pantai Hospital Ayer Keroh
Mahkota Medical Centre
Pantai Hospital Ayer Keroh
PENANG:
Gleneagles Medical Centre Penang
Island Hospital Penang.
Gleneagles Medical Centre Penang
Island Hospital Penang.
Rumah sakit Mahkota Medical Centre atau disingkat dengan MMC
ini juga sudah memiliki 16 kantor perwakilan di berbagai kota di Indonesia,
antara lain Aceh, Jakarta, Bandung, Jambi, Makassar, Medan, Padang, Pekanbaru,
Semarang, Palembang,Yogya, Tanjung Balai Karimun dan sebagainya. Kantor
perwakilan ini memudahkan pasien di Indonesia untuk konsultasi,bertanya, dan
berbagai hal yang diperlukan lainnya.
Rumah sakit ini telah menerima berbagai penghargaan,
diantaranya dari Technology Business Review Asean Award sebagai Asean
Healthcare Exellence Award (Health Tourism) 2008 , Healthcare Exellence Award
(Medical Tourism) 2209 oleh International Business Review Award, dan Asia
Pasific Honesty Enterprise tahun 2009.
Kenapa banyak orang Indonesia berobat ke rumah sakit ini?
Mungkin ada banyak alasan. Beberapa kelebihan rumah sakit ini
dibandingkan rumah sakit di Indonesia, terutama menyangkut kualitas
pelayanan,bahasa yang bisa dimengerti orang Indonesia, dan biaya pengobatan
yang tak terlalu mahal, bahkan untuk operasi terkadang lebih murah dibandingkan
beberapa rumah sakit di Indonesia.
Pertama-tama, rumah sakit yang memiliki 10 lantai ini
didesain sedemikian rupa sehingga suasana di dalam rumah sakit lebih menyerupai
sebuah klinik berobat modern. Bahkan setelah memasuki pintu masuk rumah sakit
ini dan melakukan pendaftaran berobat, beberapa orang mengatakan suasana nya
lebih menyerupai sebuah lobi hotel. Kesan yang diperoleh jauh berbeda dengan
suasana rumah sakit di Indonesia. Proses yang harus dilalui pasien juga tak
terlalu berbelit-belit, terutama menyangkut obat yang diresepkan dokter bisa
langsung diambil dari konter pelayanan yang dihadapi oleh 2 orang suster,
persis di depan pintu masuk ruang praktek dokter.
Di sekitar tempat pendaftaran berobat, tersedia beberapa
orang yang bertindak sebagai customer service yang tanpa ragu-ragu menghampiri
pengunjung yang terlihat kebingungan lalu menawari bantuan kepada mereka.
Mereka pun juga tak segan-segan mengantar pasien ke tempat yang mereka inginkan
jika diperlukan.
Dari segi fasilitas dan peralatan kesehatan tak usah
diragukan lagi, bahkan mungkin menyamai beberapa rumah sakit swasta di
Singapore. Kualitas dokter sendiri juga banyak yang bagus-bagus, walaupun saya
yakin dokter di Indonesia sebenarnya secara keilmuwan nya juga banyak yang tak
kalah bagus. Saya sendiri mengamati dokter-dokter di rumah sakit Mahkota ini
banyak yang merupakan lulusan universitas di luar negeri terutama Inggris, dan
banyak di antara mereka yang masih muda-muda. Mereka juga banyak yang dilatih
di Singapore, karena memang rumah sakit Mahkota ini saham terbesarnya (49%)
dimiliki oleh sebuah perusahaan kesehatan Singapore, yakni Health Management
International (HMI), yang sudah terdaftar di Singapore Exchange (SESDAQ). Semua
dokter, staf, dan perawat di rumah sakit ini semuanya menguasai minimal dua
bahasa yakni bahasa Melayu dan bahasa Inggris. Bagi yang Chinese tentu juga
bisa berbicara Chinese dan bagi yang India tentu juga bisa berbahasa India.
Akan tetapi, ada berbagai hal menarik tentang pengalaman
pasien-pasien Indonesia yang berobat di rumah sakit Mahkota di Malaka ini,
dimana sebelumnya ke rumah sakit ini mereka banyak juga yang sudah mencoba
berobat di Indonesia. Ada di antara mereka yang mengeluhkan salah diagnosa
dokter di Indonesia, lalu setiba di rumah sakit Mahkota ini dokter bisa
melakukan tindakan yang lebih tepat. Ada juga kasus dimana mereka oleh dokter
di Indonesia disuruh berobat jalan dan sudah berlangsung lama, padahal oleh
dokter di rumah sakit di Malaka ini operasi langsung diadakan dan langsung
memberikan efek positif pada pasien, dan berbagai pengalaman bertolak belakang
lainnya antara pengobatan di Indonesia dengan di rumah sakit ini.
Rumah sakit Mahkota Medical Centre di Malaka ini, salah satu
kelebihan lain dari rumah sakit ini adalah lokasinya yang strategis di pusat
kota dan pusat bisnis di Malaka, dan juga dekat dengan tempat-tempat rekreasi
disana. Malaka sendiri adalah kota bersejarah di Malaysia, yakni merupakan
lokasi berdirinya kerajaan Melaka yang merupakan cikal bakal dari negara
Malaysia itu sendiri. Kota Malaka itu sendiri adalah kota yang menjadi tempat
proklamasi kemerdekaan Malaysia, dan pernah menjadi ibukota Malaysia sebelum
pindah ke Kuala Lumpur. Maka tak jauh dari lokasi rumah sakit Mahkota ini,
dengan cukup berjalan kaki anda akan bisa mengunjungi berbagai tempat
bersejarah tersebut, di antaranya bekas salah satu istana kerajaan Melaka,
gedung proklamasi, bekas kapal kerajaan Melaka, berbagai banteng dan bangunan
sisa peninggalan Portugis, Belanda, dan Inggris, dan museum-museum. Tak jauh
dari sini juga terdapat kawasan kampung cina yang ramai dengan aktivitas
bisnisnya, dan juga terdapat layanan perahu wisata yang bisa anda naiki
menyisiri Sungai Melaka yang legendaris itu. Dari atas rumah sakit itu sendiri,
anda akan bisa melihat hamparan laut lepas di selat Malaka.
Kesimpulan :
Pada dasarnya, ada tiga macam srata pelayanan kesehatan di
semua negara, yaitu:
1. Primary health
services (pelayanan kesehatan tingkat pertama)
Merupakan pelayanan kesehatan yang bersifat pokok atau basic
health services, yang sangat dibutuhkan oleh sebagian besar masyarakat
serta mempunyai nilai strategis untuk meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat. Umumnya bersifat rawat jalan (ambulatory/out patient services).
2. Secondary health
services (pelayanan kesehatan tingkat kedua)
Pelayanan kesehatan lebih lanjut, bersifat rawat inap (in
patient services), dan untuk menyelenggarakannya telah dibutuhkan
tersedianya tenaga-tenaga spesialis.
3. Tertiary health
services (pelayanan kesehatan tingkat ketiga)
Pelayanan kesehatan yang bersifat lebih kompleks dan umumnya
diselenggarakan oleh tenaga-tenaga subspesialis.
Hanya
saja ada beberapa kekurangan seperti halnya di Indonesia,munculnya pelayanan
medis yang terkotak kotak,maksudnya sudah mulai bermunculan pelayan medis yang
specialis dan pemeriksaan kesehatan yang menggunakan alat alat canggih yang
biayanya tidak dapat di jangkau oleh masyarakat yang berekonomi lemah.walaupun
sudah di bantu dengan berbagai asuransi yang di terbitkan oleh pemerintah
seperti jamkesmas,askes dll.
Begitupun
di Taiwan,di Taiwan sendiri sudah di luncurkan asurasi NHI untuk semua
golongan.Baik orang dewasa,anak-anak,orang kaya,miskin,pekerja,pelajar,bahkan
orang dari Negara lain yang berdomisili di Taiwan.semua di asuransikan melalui
peraturan yang telah di tetapkan oleh pemerintah tersebut tentang persyaratan
memiliki asuransi tersebut.pelayanan kesehatan pun lebih mudah,dapat melalui
media elektronik,dengan memasukan kartu asuransi seperti kartu ATM disitu kita
dapat memasukan keluhan-keluhan tentang penyakit kita,kemudian dengan
sendirinya akan muncul penyakit apa yang di derita serta obat dan tempat apotik
yang kita kunjungi.
NHI
di asuransikan di semua tempat-tempat pelayanan kesehatan yang ada di Taiwan
seperti rumahsakit,apotik,klinik,tempat pengobatan tradisonal seperti
pengobatan tradisional cina.yang telah terdaftar khusus untuk Asuransi
NHI.namun demikian system ini dapat membawa dapak buruk bagi tenaga kesehatan
di Taiwan,khususnya perawat.sebaian para perawat di Taiwan di berhentikan karna
akses mudahnya pasien mendapatkan pelayanan kesehatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar